Islam adalah agama yang mengajak manusia untuk
berfikir. Berbeda dengan agama-agama yang lain yang memisahkan antara agama dan
logika, Islam justru merupakan sebuah agama yang penuh dengan logika. Semakin
kita berfikir, maka semakin bergetar hati kita dengan tanda-tanda kebesaran
Allah.
Ilmuwan adalah orang yang bekerja dan mendalami
ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. Mereka bekerja berdasarkan
fakta, bukan sekedar menebak-nebak atau menggunakan perasaan. Dari hasil
penelitian itulah mereka bisa menarik kesimpulan terhadap sesuatu.
Dalam sejarah penelitian, ternyata ada beberapa
ilmuwan yang justru menemukan fakta yang sebelumnya sudah dituliskan di dalam
Al-Qur’an. Hal ini tentu saja membuat mereka takjub, karena Al-Qur’an sudah ada
jauh sebelum mereka melakukan penelitian. Karena fakta-fakta yang mereka
temukan itulah, akhirnya mereka percaya sepenuhnya terhadap islam dan memeluk
islam. Berikut kisah beberapa ilmuwan yang memeluk islam setelah menemukan
fakta menakjubkan dari hasil penelitiannya.
1. Maurice Bucaille, Masuk Islam Karena Jasad
Fir’aun
Prof Dr Maurice Bucaille adalah adalah ahli bedah
kenamaan Prancis dan pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia
dilahirkan di Pont-L’Eveque, Prancis, pada 19 Juli 1920. Kisah di balik
keputusannya masuk Islam diawali pada tahun 1975.
Pada saat itu, pemerintah Prancis menawari bantuan
kepada pemerintah Mesir untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi
Firaun. Bucaille lah yang menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung
jawab utama dalam penelitian.
Ternyata, hasil akhir yang ia peroleh sangat
mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi adalah bukti
terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam. Jasadnya segera dikeluarkan
dari laut dan kemudian dibalsem untuk segera dijadikan mumi agar awet. Namun
penemuan yang dilakukan Bucaille menyisakan pertanyaan: Bagaimana jasad tersebut
bisa terjaga dan lebih baik dari jasad-jasad yang lain (tengkorak bala tentara
Firaun), padahal telah dikeluarkan dari laut?
Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang
sesuatu yang diyakininya sebagai penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat
Firaun dari laut dan pengawetannya. Laporan akhirnya ini dia terbitkan dengan
judul ‘Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern’, dengan judul aslinya, ‘Les
Momies des Pharaons et la Midecine’.
Saat menyiapkan laporan akhir, salah seorang
rekannya membisikkan sesuatu di telinga Bucaille seraya berkata: “Jangan
tergesa-gesa karena sesungguhnya kaum Muslimin telah berbicara tentang
tenggelamnya mumi ini”.
Dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana
mungkin hal itu bisa terjadi? Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar
tahun 1898 M, sementara Alquran telah ada ribuan tahun sebelumnya.
Setelah perbaikan terhadap mayat Firaun dan
pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Namun, ia masih
bertanya-tanya tentang kabar bahwa kaum Muslimin telah saling menceritakan
tentang penyelamatan mayat tersebut.
Dari sini kemudian terjadilah perbincangan untuk
pertama kalinya dengan peneliti dan ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang
kehidupan Musa as, perbuatan yang dilakukan Firaun, dan pengejarannya terhadap
Musa hingga dia tenggelam dan bagaimana jasad Firaun diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan
Muslim tersebut seraya membuka Alquran dan membacakan untuk Bucaille firman
Allah SWT yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS Yunus:
92).
Ayat ini sangat menyentuh hati Bucaille. Ia
mengatakan bahwa ayat Alquran tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk
maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu membuatnya berdiri di hadapan
orang-orang yang hadir seraya menyeru dengan lantang: “Sungguh aku masuk Islam
dan aku beriman dengan Alquran ini”.
2. Jacques Yves Costeau, di Lautan Terdalam
Menemukan Islam
Mr Jacques Yves Costeau adalah seorang ahli
Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis yang lahir pada 11 Juni
1910. Sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu dengan menyelam ke berbagai
dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan
alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia melalui stasiun tv Discovery
Channel.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi
di bawah laut, tiba-tiba Costeau menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar
yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur atau tidak melebur dengan air
laut yang asin di sekelilingnya. Sehingga seolah-olah ada dinding atau membran
yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu mendorongnya untuk mencari tahu
penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang
profesor muslim dan menceritakan fenomena ganjil itu kepadanya. Profesor
tersebut lalu teringat ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat
Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez.
Ayat itu berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan
mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak
dilampaui masing-masing”.
Kemudian dibacakan surat Al-Furqan ayat 53 : “Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi.”
Terpesonalah Mr Costeau mendengar ayat-ayat Alquran
itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya
di lautan yang dalam. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya
kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.
Tak lama, Mr Costeau memeluk Islam.
3. Demitri Bolykov, Meyakini Matahari Akan Terbit
Dari Barat
Sebagai seorang ahli fisika asal Ukraina, Demitri
Bolykov mengatakan bahwa pintu masuk ke Islam baginya adalah fisika. Demitri
tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof Nicolai
Kosinikov, yang juga merupakan pakar fisika.
Teori yang dikemukan oleh Prof Kosinov merupakan
teori yang paling baru dan paling berani dalam menafsirkan fenomena perputaran
bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sampel berupa bola
yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan
pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda
tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari
logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak
Integral Elektro Magno-Dinamika”. Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas
perputaran bumi pada porosnya.
Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari
merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa
mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini
dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya intensitas daya matahari.
Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara
bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970
bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi
pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam
setahun.
Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser
dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti
bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet
bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada
arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat.
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak
didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia
memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian.
Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama,
ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari
Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang bertaubat sebelum
matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubatnya.”
4. Dr.Fidelma O’Leary, Menemukan Rahasia Sujud
Dalam Sholat
Dr Fidelma, ahli neurologi asal Amerika Serikat
mendapat hidayah saat melakukan kajian terhadap saraf otak manusia. Ketika
melakukan penelitian, ia menemukan beberapa urat saraf di dalam otak manusia
yang tidak dimasuki darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan suplai
darah yang cukup agar dapat berfungsi secara normal.
Penasaran dengan penemuannya, ia mencoba mengkaji
lebih serius. Setelah memakan waktu lama, penelitiannya pun tidak sia-sia.
Akhirnya dia menemukan bahwa ternyata darah tidak akan memasuki urat saraf di
dalam otak manusia secara sempurna kecuali ketika seseorang tersebut melakukan
sujud dalam shalat. Artinya, kalau manusia tidak menunaikan ibadah shalat, otak
tidak dapat menerima darah yang secukupnya untuk berfungsi secara normal.
Rupanya memang urat saraf dalam otak tersebut hanya
memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan
memasuki bagian urat otak dengan mengikuti waktu shalat.
Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan
kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena posisi sujud akan mengalirkan darah
yang kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh
pada daya pikir seseorang.
Setelah penelitian mengejutkan tersebut, Fidelma
mencari tahu tentang Islam melalui buku-buku Islam dan diskusi dengan
rekan-rekan muslimnya. Setelah mempelajari dan mendiskusikannya, ia malah
merasa bahwa ajaran Islam sangat logis. Hatinya begitu tenang ketika mengkaji
dan menyelami agama samawi ini.
5. Profesor William, Menemukan Tumbuhan Yang
Bertasbih
Sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant
Molecular Biologies, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan sebuah tim
ilmuwan Amerika Serikat tentang suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga
biasa (ulstrasonik), yang keluar dari tumbuhan. Suara tersebut berhasil
disimpan dan direkam menggunakan alat perekam canggih.
Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik kemudian
diubah menjadi menjadi gelombang elektrik optik yang dapat ditampilkan ke layar
monitor. Dengan teknologi ini, getaran ultrasonik tersebut dapat dibaca dan
dipahami, karena suara yang terekam menjadi terlihat pada layar monitor dalam
bentuk rangkaian garis.
Para ilmuwan ini lalu membawa hasil penemuan mereka
ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti
muslim.
Yang mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang
tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz
Allah dalam layar. Para ilmuwan Inggris ini lantas terkagum-kagum dengan apa
yang mereka saksikan.
Peniliti muslim ini lalu mengatakan jika temuan
tersebut sesuai dengan keyakinan kaum muslimin sejak 1400 tahun yang lalu. Para
ilmuwan AS dan tim peneliti Inggris yang mendengar ucapan itu lalu memintanya
untuk menjelaskan lebih dalam maksud yang dikatakannya.
Sang peneliti muslim kemudian membaca ayat dalam
Alquran yang berbunyi:
“Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, dan bumi
(juga), dan segala yang ada di dalamnya. Dan tidak ada suatu pun melainkan
bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun, lagi Maha Pengampun,” (QS Isra: 44).
Setelah menjelaskan tentang Islam dan ayat
tersebut, sang peneliti muslim itu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan
terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.
Selang beberapa hari setelah peristwa itu, Profesor
William berceramah di Universitas Carnegie Mellon. Ia mengatakan:
“Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena
semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang
ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa
makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang
bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan
adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain
mengucapkan Syahadatain,” demikian ungkapan William.